BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya suatu
negara sangatlah ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari komponen yang ada
didalamnya yaitu masyarakat, sebagai penentu masa depan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sehingga sebagai salah satu sarana dalam memanjukan
dan mencerdaskan bangsa adalah diwujudkan dengan adanya pendidikan
(Purwaningsih, 2005). Menurut Suyanik (2005), Peningkatan kualitas pendidikan melalui pembelajaran tidak
terlepas dari upaya memberdayakan potensi siswa sebagai peserta didik dan
sebagai bagian dari masyarakat belajar. Proses pembelajaran di sekolah saat ini
sedapat mungkin dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan strategi pembelajaran
yang meng-aktifkan siswa. Sejalan dengan upaya tersebut perlu penerapan
strategi yang efektif dan mengaktifkan siswa, sehingga siswa dapat menemukan
hubungan antara informasi-informasi yang mereka pelajari.
Menurut
Trianto (2007), Merosotnya kualitas pendidikan banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat,
para pendidik serta pemerintah, sehingga pendidikan hendaknya melihat jauh
kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik. Salah satu masalah
pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah
masih rendahnya daya serap peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang
berpengaruh pada prestasi siswa. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi
peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (study for study). Dalam arti yang
substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
dominasi guru dan kurang memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang
secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Dalam pembelajaran IPA, khususnya Biologi, sangatlah di perlukan banyak strategi pembelajaran yang tepat dan dapat
melibatkan siswa seoptimal mungkin, baik secara intelektual maupun emosional.
Sehingga siswa atau peserta didik lebih memahami lebih jelas dan tidak terkesan
abstrak dengan apa yang dipelajari didalam kelas, karena pengajaran biologi menekankan pada
keterampilan proses juga bahwa ”Biologi merupakan ilmu yang
moderat dan strategis yang terletak diantara ilmu-ilmu sosial, psikologi, dan
ilmu-ilmu alam. Melalui mata pelajaran Biologi siswa diharapkan dapat
mengembangkan sikap ilmiahnya yang mencakup: sikap jujur dan objektif terhadap
fakta serta sikap ingin tahu yang selalu berkembang, yang kemudian dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat” (Ngangi,2004).
Jika melihat pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan
pembelajaran yang bervariasi masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan
metode ceramah dan mengurangi ketertarikan siswa pada setiap kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan
guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap
model-model pembelajaran sangatlah di
perlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru serta penyerapan materi
pembelajaran oleh siswa. (Zahrah;
2009). Sedangkan menurut Muhfahroyin (2008) pembelajaran
student centered membutuhkan proses belajar dan pembelajaran yang kreatif,
inovatif, dan kurikulum yang mendukung pembelajaran, untuk mengembangkan pembelajar
yang mandiri (self-regulated learner) yang mampu memberdayakan kemampuan
berpikir kritis peserta didik.
SMA Kristen 1 Tomohon
adalah salah satu sekolah di Kota Tomohon yang terletak di Kecamatan Tomohon Tengah.
Dari hasil observasi kepada guru mata pelajaran biologi, khususnya untuk kelas
XI IPA dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sering mendapatkan kendala dalam
aktivitas pembelajaran, dimana rata-rata hasil belajar siswa semester ganjil
pada tahun pelajaran 2010/2011 mata pelajaran Biologi pokok bahasan terakhir, nilai
rata-rata adalah 63 dari KKM 65. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian siswa dalam
proses belajar didalam kelas, kemudian pada saat memilih jurusan masuk kelas XI
ada yang hanya ikut-ikutan, dan ada faktor lain yang berpengaruh yaitu gengsi.
Kemudian masih kurangnya daya analisa tentang materi pelajaran sehingga materi
tidak terserap dengan baik.
Oleh karenanya peneliti
ingin menerapkan suatu pembelajaran yang mampu mengasah peserta didik dalam berpikir
dan menganalisa dengan jalinan pertanyaan dalam lembar Pola Pemberdayaan
Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan
hasil belajar seperti yang diharapkan.
Dari
permasalahan diatas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: “ Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui
Pertanyaan (PBMP) pada Mata Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas XI IPA di SMA Kristen 1 Tomohon ”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
uraian dari latar belakang masalah diatas maka penulis dapat
mengidentifikasikan masalah yang ditemukan yaitu :
1. Kurangnya
perhatian siswa di dalam kelas yang menyebabkan hasil tidak maksimal.
2. Pemilihan
jurusan saat masuk kelas XI menyebabkan tingkat kemampuan dan cara berpikir
siswa yang bervariasi.
3. Daya
analisis siswa yang kurang dalam menerima materi yang diajarkan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini hanya
dibatasi pada Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
pada Mata Pelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA di SMA Kristen 1 Tomohon tahun
ajaran 2010/2011 Pokok Bahasan Sistem Ekskresi pada Manusia.
D.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam dalam penelitian ini adalah Apakah
penerapan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) pada mata pelajaran
Biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Kristen 1 Tomohon?
E.
Tujuan
Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Pemberdayaan
Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) pada mata pelajaran Biologi.
F.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini diharapkan tepat kepada semua pihak, diantaranya :
1. Bagi
Siswa, yaitu :
a. Menarik
minat dalam mengikuti pelajaran karena penyajian materinya dilaksanakan sendiri
menggunakan lembar PBMP, sehingga dapat diselesaikan secara mandiri.
b. Melatih
siswa untuk dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah secara mandiri, sehingga
materi pelajaran mudah diingat.
2. Bagi
Guru, yaitu :
a. Sebagai
masukan bagi guru untuk dapat menggunakan PBMP dalam kegiatan belajar mengajar
dalam kelas.
b. Meningkatkan
kemampuan profesionalisme guru dalam aktifitas pembelajaran didalam kelas.
3. Bagi
sekolah, yaitu :
Sebagai sumbangan pemikiran dan bisa
dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM)
di dalam kelas.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
KAJIAN
TEORI
1.
Pemberdayaan
Berpikir Pada Pembelajaran
Secara umum
menurut Corebima (2005), pada pembelajaran MIPA di Indonesia, penalaran tidak
pernah dikelola secara langsung, terencana atau secara sengaja, padahal semua
guru mungkin dapat diyakini sudah mengetahui pentingnya penalaran terhadap
proses pembelajaran dan terutama terhadap pembentukan sumber daya manusia. Kesan yang terungkap adalah bahwa perkembangan
penalaran akan terjadi dengan sendirinya, lancar sebagaimana yang antara lain
dikemukakan oleh Piaget, seolah pada usia 7-11 tahun setiap anak otomatis memiliki
tingkat penalaran kongkrit dan sejak usia 11 tahun tiap anak pasti akan
memasuki penalaran formal.
Menurutnya yang
terkait dengan pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasinya selama ini memang
membuktikan bahwa penalaran tidak pernah dikelola secara langsung, terencana
atau secara sengaja. Berdasarkan penelitian dari angket survey mengenai
perkembangan penalaran membuktikan bahwa tersirat dari jawaban angket maupun
survey masing-masing bahwa tidak ada satupun yang menyinggung penalaran siswa
secara langsung; hanya sebagian kecil yang secara tidak langsung menyinggung
kemampuan berpikir siswa. Dan dari evaluasi belajar yang terekam menunjukkan
bahwa hampir semuanya hanya melaksanakan tes kognitif. Serta parameter yang
digunakan tampaknya begitu kuat mengacu kepada jawaban benar dan salah kurang
ataupun bahkan tidak memperhatikan kemampuan berbahasa, kemampuan mengungkapkan
pikiran atau kemampuan penalaran, dan keadaan ini diperparah jika tes kognitif
yang dijalani siswa sebagian besar atau hanya berupa tes obyektif.
2.
Bertanya
dan Perpikir pada Pembelajaran
Corebima (2004) mengungkapan bahwa berbagai teori atau
saran-saran berdasarkan hasil suatu penelitian telah banyak dilontarkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Ada beberapa pendapat ahli-ahli berikut mengenai
pemahaman dari bertanya dan berpikir pada pembelajaran yaitu :
1. Piaget
(dalam Corebima, 2004) mengatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan dapat melatih
siswa untuk berpikir kreatif.
2. Martin
(dalam Corebima, 2004) mengatakan bahwa pertanyaan mempunyai banyak kegunaan
diantaranya dapat memotivasi siswa, membantu siswa berpikir runtut, menemukan
minat, melatih mengekspresiskan sesuatu, mengembangkan kemampuan berpikir, dan
sebagainya.
3. Pasch
(dalam Corebima, 2004) mengemukakan bahwa pertanyaan dapat dipakai untuk
memfasilitasi pengelolaan kelas atau memfokuskan perhatian siswa, mengemukakan
arah mencek pemahaman dan untuk meningkatkan proses berpikir siswa.
4. Wassermann
(dalam Corebima, 2004) mengatakan bahwa pertanyaan dapat dimanfaatkan untuk
merangsang kemampuan siswa dalam mengemukakan opini atau memberikan penilaian
tentang nilai-nilai dalam masyarakat.
5. Alindada
(dalam Corebima, 2004) mengemukakan bahwa cara yang paling mudah untuk
menantang pola berpikir adalah dengan pertanyaan-pertanyaan. Guru tidak dapat
mengajarkan kreatifitas tetapi dapat memacu dan memfasilitasinya dengan
meningkatkan dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.
6. Theo
(dalam Corebima, 2004) menjelaskan bahwa pertanyaan merupakan alat yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan dapat dicapai
melalui rangsangan berbagai pertanyaan.
Berikut ini
diperlihatkan juga gungsi pertanyaan dan tingkat kognitif Bloom yang dapat
dicapai.
Tabel 1. Fungsi
pertanyaan dan tingkat Kognitif Bloom yang dapat Dicapai (Theo dalam Corebima,
2004)
|
Fungsi
Pertanyaan
|
Tingkat
Kognitif Bloom
|
1.
|
Memfokuskan perhatian
|
Pengetahuan,
pemahaman
|
2.
|
Mencari kejelasan
suatu arti
|
Pengetahuan,
pemahaman, analisis
|
3.
|
Meminta opini
|
Pengetahuan,
pemahaman, analisis
|
4.
|
Membuat perbandingan
atau pertentangan
|
Penerapan, analisis,
sintesis
|
5.
|
Meminta alasan dan
mengemukakan ide
|
Pengetahuan,
pemahaman, analisis
|
6.
|
Mengemukakan ide ke
contoh
|
Analisis
|
7.
|
Mengemukakan contoh
ke ide
|
Sintesis
|
8.
|
Menjelaskan sebab
akibat
|
Analisis, sintesis
|
9.
|
Menelaah kebijakan
|
Evaluasi
|
10.
|
Menimbulkan rasa
ingin menemukan sesuatu
|
Penerapan, analisis,
sintesis
|
11.
|
Membentuk hipotesis
eksperimen
|
Pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis
|
12.
|
Mendapat data dan
membuktikan informasi
|
Pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis
|
13.
|
Memacu investigasi
atau penyelitikan
|
Pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis
|
14
|
Mendukung suatu teori
|
Pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis
|
Oleh karena itu dalam upaya memperbaiki
kemampuan berpikir siswa, para guru harus belajar menjadi penanya yang cakap
dan terampil. Dinyatakan pula bahwa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai adalah suatu unsur penting bagi seluruh
strategi instruksional.
3.
Pentingnya
Pola Berpikir dalam Pembelajaran
Muhfaroyin
(2008) mengungkapkan bahwa keterkaitan berpikir dalam pembelajaran adalah
perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat
keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Penting bagi
siswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis
pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang
memiliki kemampuan berpikir kritis. Selama ini, kemampuan berpikir masih belum
merasuk ke jiwa siswa sehingga belum dapat berfungsi maksimal di masyarakat
yang serba praktis saat ini. Kurangnya kemampuan siswa dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah dan kelas ke permasalahan yang
mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan banyak siswa tidak mampu
memberikan bukti tak lebih dari pemahaman yang dangkal tentang konsep dan
hubungan yang mendasar bagi mata pelajaran yang telah mereka pelajari atau ketidakmampuan
untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh ke dalam
permasalahan dunia nyata.
4.
Kualitas
Pertanyaan dan Tingkatan Berpikir Siswa
Tingkat atau
kualitas pertanyaan yang sering atau selalu digunakan akan membentuk kebiasaan
atau pola pikir siswa, rendah atau tinggi, dsb. Oleh karena itu seharusnya guru
secara sadar membiasakan diri menggunakan pertanyaan-pertanyaan berkualitas
tinggi selama pembelajaran. Agar lebih mudah bagi kita mengenal kualitas
pertanyaan, dibawah ini adalah tingkat berpikir kognitif dan keterampilan yang terkait.
Tabel 2.
Tingkat-tingkat berpikir Kognitif Bloom dan Keterampilan
(Munandar dalam
Corebima, 2004)
Tingkat
|
Keterampilan
|
Pengetahuan
|
·
Menghafal
·
Mengingat
|
Pemahaman
|
·
Menerjemahkan
·
Menghubungkan
·
Menafsirkan
|
Penerapan
|
·
Menerapkan
·
Mempertunjukkan
·
Menggunakan Informasi dalam
simulasi baru
|
Analisis
|
·
Mengkategorikan
·
Mengklasifikasikan
·
Memotong
·
Membedah
|
Sintesis
|
·
Mengembangkan
·
Merancang
·
Mencipta
|
Evaluasi
|
·
Mempertimbangkan
·
Memutuskan
·
Menyarankan
|
5.
Pemberdayaan
Berpikir Melalui Pertanyaaan (PBMP)
Pemberdayaan
Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) atau TEQ (Thinking Empowerment by
Questioning) merupakan pola pembelajaran yang dilaksanakan dengan tidak ada
proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif dan seluruhnya dilakukan
melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang telah dirancang secara tertulis
dalam lembar-lembar PBMP. Pada pembelajaran yang didukung oleh kegiatan
praktikum sekalipun, pola pembelajaran itu tetap dipertahankan, meskipun untuk
operasionalisasi kegiatan praktikum dibutuhkan pula perintah-perintah teknis.
Gramatika bahasa Indonesia yang digunakan harus selalu benar. Pertanyaan
tentang hal yang sama, dapat diulang dan dirumuskan dari sudut pandang
berbeda-beda. Satu konsep dan subkonsep dikaji sebanyak-banyaknya sesuai
tingkat perkembangan (Corebima dalam Zubaidah,2009).
6.
Pengembangan
PBMP
Struktur
lembaran yang menganut pola PBMP dapat dikembangkan sendiri oleh setiap guru,
sepanjang tetap memperhatikan dan mempertahankan karakter utama dari pola PBMP.
Berikut adalah urut-urutan pengembangan lembar pola PBMP yang banyak diguakan
meliputi 1) Silabus, 2) pengembangan materi, pendekatan, strategi, dan metode
pembelajaran, 3) pengembangan lembar PBMP bagi siswa dalam pembelajaran.
a)
Silabus
Silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Ada
beberapa prinsip dalam pengembangan silabus yaitu
1.
Ilmiah, Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2.
Relevan, Cakupan, kedalaman, tingkat
kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3.
Sistematis, Komponen-komponen silabus
saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4.
Konsisten, Adanya hubungan yang konsisten
(ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/
pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5.
Memadai, Cakupan indikator, materi
pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6.
Aktual dan Kontekstual, Cakupan indikator,
materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan
nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7.
Fleksibel, Keseluruhan komponen silabus
dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan
yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8.
Menyeluruh, Komponen silabus mencakup
keseluruhan ranah kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Musthofa,
2010).
b. Pengembangan Materi, Pendekatan,
Strategi, dan Metode Pembelajaran
Menurut Zubaidah (2009) secara umum perencanaan pembelajaran dan
pelaksanaannya selalu diupayakan tetap mengacu kepada Silabus. Materi
pembelajaran selalu berada dalam ruang lingkup konsep dan suskonsep yang
sesuai. Pendekatan strategi dan metode pembelajaran (yang merupakan bagian dari
pelaksanaan pembelajaran) juga harus selalu mengacu kepada tujuan pembelajaran
yang terdapat dalam Silabus. Materi pembelajaran ditemukan dan dikumpulkan dari
buku-buku sumber seperti buku siswa, buku pedoman guru, atau buku lain,
sepanjang berada dalam ruang lingkup yang benar. Strategi pembelajaran sains
yang dirancang untuk digunakan adalah konstruktivisme. Strategi ini ditetapkan
berdasarkan pertimbangan bahwa dewasa ini pendekatan itulah yang disarankan. Pendekatan
yang dirancang untuk digunakan adalah PBMP sedangkan metode disesuaikan dengan
karakteristik materi, tujuan, serta sumber yang tersedia.
c. Pengembangan
Lembar PBMP bagi Siswa dalam Pembelajaran
Zubaidah (2009)
menjelaskan bahwa setelah tahap 1 dan 2 dilalui, penulisan lembar PBMP siap
dilakukan. Struktur umum lembar PBMP tersebut adalah: Sediakan, Lakukan,
Ringkasan (Pikirkan), Evaluasi dan Arahan. Lakukan meliputi kegiatan, penulisan
hasil pengamatan, dan renungkan. Bagian yang paling penting dari struktur
adalah Renungkan dan Pikirkan. Struktur lembar PBMP seperti tersebut dirancang
untuk kegiatan pembelajaran yang didukung kerja kelompok dan kerja
demonstratif. Pada kegiatan pembelajaran yang tidak didukung kerja kelompok
maupun kerja demonstratif, struktur lembar PBMP adalah Pendahuluan, Sediakan,
Lakukan, Ringkasan (Pikirkan), Evaluasi dan Arahan. Pada lembar PBMP yang
dirancang untuk kegiatan pembelajaran yang didukung kerja kelompok dan kerja
demonstratif bagian lembar PBMP yang disebut sebagai renungkan sebenarnya
berisi kaitan antara data pengamatan dan aneka hal lain termasuk yang ada dalam
masyarakat. Dalam hubungan ini dapat juga dinyatakan bahwa substansi pada
bagian renungkan merupakan perluasan pikiran terhadap data amatan. Lebih lanjut
yang disebut pikirkan sebenarnya berisi kesimpulan dari konsep atau subkonsep.
Kesimpulan itu didirikan atas dasar data amatan maupun butir-butir pikiran pada
bagian renungkan. Pada lembar PBMP yang dirancang untuk kegiatan pembelajaran
yang tidak didukung kerja kelompok dan kerja demonstratif, bagian yang disebut
renungkan berisi kaitan antara konsep dan subkonsep dengan aneka hal lain dalam
masyarakat termasuk di dalamnya merupakan perluasan konsep dan subkonsep. Oleh
karena tidak ada kerja kelompok atau kerja demonstratif, maka pada lembar PBMP
terkait tidak ada bagian kesimpulan.
Pada seluruh bagian mulai
dari awal hingga akhir lembar PBMP (evaluasi), tidak ada penyampaian informasi
berupa kalimat informatif; seluruhnya berupa kalimat tanya dan kalimat
perintah. Kalimat perintah antara lain digunakan pada bagian cara kerja ataupun
bagian lain jika diperlukan. Berikut ini dikemukakan beberapa karakteristik
lembar PBMP lain yang selalu diperhatikan pada pengembangan lembar PBMP bagi
siswa dalam pembelajaran.
a.
Bahasa Indonesia harus selalu dipakai
dan digunakan dengan benar.
b.
Pertanyaan dapat diupayakan agar dimulai
dari konsep yang besar ke konsep kecil.
c.
Jalinan antara pertanyaan ditata secara
logis
d.
Pertanyaan tentang hal yang sama dapat
diulang dan dirumuskan dari sudut pandang berbeda-beda.
e.
Pertanyaan lain terkait dikembangkan dan
diutamakan yang terkait dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari.
f.
Pertanyaan di bagian awal tidak perlu
harus langsung dijawab.
Atas
dasar beberapa karakter pertanyaan yang telah dikemukakan terlihat jelas bahwa
pada pembelajaran yang menggunakan pola PBMP, kegiatan berpikir didorong secara
maksimal. Melalui upaya ini yang dilakukan secara terus-menerus diyakini bahwa
siswa akan terampil berpikir. Sebagaimana yang telah dikemukakan, kalimat
perintah dapat digunakan. Tentu saja penggunaan kalimat perintah itu
disesuaikan dengan peruntukkannya. Dalam hal ini kalimat perintah misalnya
digunakan pada bagian yang berhubungan dengan prosedur kerja atau pun pada
bagian yang merupakan perluasan pikiran (dalam rangka pengembangan konsep dan
subkonsep). Satu hal lain yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa pada
pembelajaran peranan ilustrasi gambar sangat penting. Dalam hubungan ini,
hendaknya selalu diupayakan agar ilustrasi gambar dimanfaatkan ecara efisien.
Pada kenyataannya ilustrasi gambar sangat memberdayakan proses berpikir dan
membantu pemahaman. Di lain pihak ilustrasi gambar memang dapat menghilangkan
kejenuhan.
B. HASIL BELAJAR
a.
Pengertian Hasil Belajar
Apriyani (2008) mengatakan dalam melakukan
kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental,
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul
suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya
pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar
maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi
diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.
Nani (2008), mengungkapkan hasil belajar juga
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran, yakni aspek kognitif berkaitan dengan hasil
berupa pengetahuan, kemampuan, kemahiran intelektual dan hal ini bisa dilihat
dari hasil tes. Aspek Psikomotorik menunjukan
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik, syaraf, koordinasi syaraf.
misalnya menentukan langkah-langkah percobaan, menggunakan alat percobaan. Aspek Afektif berhubungan perasaan,
sikap, minat, dan nilai, misalnya kemampuan belajar mandiri, bekerjasama dengan
orang lain, menyampaikan pendapat.
Untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran, guru dan siswa harus
bekerja bersama. Siswa sebagai pembelajar harus aktif dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru memegang peranan penting dalam menyediakan
fasilitas belajar bagi siswa. Fasilitas ini dapat berupa variasi pendekatan
pembelajaran, penyediaan pembelajaran yang kreatif untuk menarik minat dan
motivasi, serta pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan
dan eksplorasi.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Hasil Belajar
Menurut Nani (2008), Makna terpenting belajar adalah adanya
perubahan perilaku setelah seseorang melaksanakan pembelajaran. Seperangkat
faktor yang memberikan kontribusi belajar adalah
a.
Kondisi internal; mencakup kondisi fisik
(kesehatan organ), kondisi psikis (emosional/motivasi, intelektual, kemampuan
bersosialisasi dengan lingkungan).
b.
Kondisi eksternal; mencakup kesulitan materi,
iklim dan tempat belajar, suasana lingkungan akan mempengaruhi kesiapan,
proses, dan hasil belajar.
Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil
proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan
dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu (Efi; 2007).
C.
Kerangka
Berpikir
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang khusus
dirancang guna mengetahui Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan yang
diproyeksikan dalam pengajaran biologi terhadap hasil belajar siswa yang
dicapai. Kiranya dengan penggunaan pendekatan ini akan meningkatkan pola
berpikir siswa dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas dan berdampak pada
peningkatan hasil belajar siswa.
Secara sistematis
penelitian ini ditulis dalam skema, sebagai berikut
Kelas
Kontrol
|
Kelas
Eksperimen
|
Pre
Test
|
Pengajaran
Tidak Menggunakan PBMP
|
Pengajaran
Menggunakan PBMP
|
Post
Test
|
Post
Test
|
Evaluasi
|
Kesimpulan
|
Pre
Test
|
B.
Asumsi
Dasar
a)
Setiap guru dapat memilih dan menggunakan strategi ataupun metode pengajaran
yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar.
b)
Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) yang baik dan
tepat disajikan untuk memperlancar proses belajar mengajar.
C.
Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas,
maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Terdapat perbedaan hasil belajar
siswa yang mendapatkan pengajaran menggunakan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui
Pertanyaan dan hasil belajar siswa yang tidak mendapatkan pengajaran
menggunakan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Definisi
Operasional Variabel
Pemberdayaan Berpikir Melalui
Pertanyaan (PBMP) adalah salah satu pola pembelajaran yang berupa rangkaian
atau jalinan pertanyaan dalam bentuk lembar PBMP dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Hasil belajar adalah hasil yang
diterima siswa setelah menerapkan PBMP dalam aktifitas belajar mengajar di dalam
kelas. Serta kriteria pengukuran dalam menilai tingkat keberhasilan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
B.
Populasi
dan Sampel
a)
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI IPA SMA Kristen 1
Tomohon.
b)
Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan tehnik Random Sampling untuk kelas XI IPA1 33 Siswa dan XI IPA3 33
Siswa.
C.
Rancangan
Penelitian
Penelitian ini adalah studi
eksperimen dengan Randomized Control
group pretes-posttest design, dengan skema berikut :
Tabel 3. Skema Rancangan Penelitian
Group
|
Pre
test
|
Perlakuan
|
Post
test
|
Eksperimen (*R)
|
T1
|
X
|
T2
|
Kontrol (*R)
|
T1
|
-
|
T2
|
Keterangan
: T1 :
Skor pretest
T2 : Skor posttest
X : Pelaksanaan PBMP
(*R)
Randomized
(Suryabrata ; 2003)
Variabel-variabel penelitian ini
adalah, pembelajaran PBMP sebagai variable bebas dan hasil belajar siswa
sebagai variable terikat.
D.
Tehnik
Pengumpulan Data
a) Tahap
Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian
dengan berkonsultasi secara langsung kepada Kepala Sekolah dan Guru Mata
Pelajaran mengenai survey Penelitian.
b) Tahap
Eksperimen
-
Tes Awal (pre-test) untuk mengumpulkan
data hasil belajar siswa sebelum diterapkan PBMP.
-
Tes Akhir (post-test) untuk mengumpulkan
data hasil belajar siswa setelah diterapkan PBMP.
E.
Tehnik
Pengolahan Data dan Analisis Data
a) Instrumen
Instrumen penelitian yang dipakai adalah tes prestasi yaitu tes yang digunakan
untuk pencapaian seorang siswa pada Sistem Ekskresi dalam bentuk pretest dan posttest.
b) Materi
Pembelajaran
Materi pembelajaran
adalah Sistem Ekskresi pada Manusia
c) Waktu
Pelaksanaan
Penelitian ini
dilaksakanan pada bulan April 2011, dan dilaksanakan selama 3 minggu dengan 6 x
tatap muka.
d) Tehnik
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Uji
Normalitas Menggunakan Uji Liliors
Langkah-langkah :
1) Hipotesis H0 : Populasi Berdistribusi Normal
H1 : Populasi Tidak Berdistribusi Normal
2) Taraf
Nyata α = 0,05
3) Wilayah
Kritis : Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Pengujian Hipotesis Nol
:
1) Untuk
X1,X2,X3…,Xn dijadikan bilangan
baku Z1,Z2,Z3,…,Zn dengan
menggunakan rumus Zi =
dan masing-masing merupakan simpangan baku
sampel.
S2
=
2) Untuk
bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung
F(Zi) = P(Z≤Zi).
3) Selanjutnya
dihitung proporsi Z1,Z2,Z3,…,Zn
yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka S(Zi) = banyaknya Z1,Z2,Z3,…Zn/n.
4) Hitunglah
selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukanlah harga mutlaknya.
5) Ambillah
harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut.
(Sudjana, 2005)
b. Uji
Homogenitas dengan Menggunakan Data hasil Pretest dan Posttest, dengan rumus :
F =
Kriteria pengujian adalah : terima H0
(H0 : δ12 : δ22), jika :
F
½ α (n1-1, n2-1) <F < F ½ α (n1-1, n2-1)
(Sudjana,
2005)
Langkah-langkah :
a. Menghitung
besarnya varians gabungan dengan rumus sebagai berikut :
S2
= (n1-1) S21
+
(n2-1) S22
Menghitung signifikansi
perbedaan rata-rata hasil belajar dengan uji t dan subjek penelitian homogen (S12 = S22)
Hipotesis yang akan diuji adalah :
(H0 : µ12
= µ22)
(H1 : µ12
≠ µ22)
Untuk menguji hipotesis digunakan
statistika uji t dengan rumus :
t =
(Sudjana,2005)
Keterangan
:
X1 =
Rata-rata nilai sampel 1
X2 =
Rata-rata nilai sampel 2
S2 = Varians Sampel
S = Standar deviasi
n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2
Kriteria pengujian : Terima H0
jika –t1-1/2α <
t <t1-1/2α
α (taraf nyata) = 0,05
dk = n-1
DAFTAR
PUSTAKA
Apriyani, D. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa
dengan Menggunakan Pendekatan Interaktif pada Konsep Sistem Pernafasan Manusia.
Jurnal Penelitian. UIN-Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.
Corebima, A. D. 2004. Pelatihan PBMP (Pemberdayaan Berpikir
Melalui Pertanyaan) Pada Pembelajaran Bagi Para Guru Sains Biologi. Dalam
Rangka RUKK VA, 9-10 Juli 2004. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang :
Malang
Corebima, A. D. 2005. Pengukuran Kemampuan Berpikir Pada
Pembelajaran Biologi. Makalah pada Seminar Dies ke 41 Universitas Negeri
Yogyakarta dengan tema Hasil Penelitian Tentang Evaluasi Hasil Belajar serta
Pengelolaannya, Yogyakarta, Jawa Tengah 14-15 Mei 2005
Corebima, A. D. 2007. Berdayakan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan
Metakognitif Selama Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Biologi. Universitas
Negeri Malang (UM) : Malang, Jawa Timur
Efi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa
Yang Diajarkan Melalui Pendekatan Cooperative Learning Teknik JIGSAW Dengan
Teknik STAD. Skripsi Diterbitkan. UIN-Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Muhfahroyin. 2008. Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Kritis. Critical
Thinking as a Core Skill, the Ability to Think Critically
is a Key Skill for Academic Success (Wal, 2003; Northedge, 2005).http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir kritis.html
is a Key Skill for Academic Success (Wal, 2003; Northedge, 2005).http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir kritis.html
[Diakses 14 Agustus 2010]
Musthofa, 2010. Pengantar
Pengembangan Silabus “Buku Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan BSNP, Jakarta 2006 :19”. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (UIN
MALIKI Malang)
http://pengertian-dan-definisi-silabus.wordpress.com/2011
[Diakses
10 Maret 2011]
Nani,A. N. 2008. Penerapan
Pendekatan SETS Pada Materi Pengelolaan Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Keterampilan Mengelolah Lingkungan di SMP N 13 Semarang.
Skripsi Diterbitkan. UNNES : Semarang.
Ngangi, Jantje. 2004. Laporan Kegiatan Penelitian : Pengembangan
Bahan Ajar IPA Biologi Sekolah Menengah Atas Berwawasan STM (Sains, Teknologi
dan Masyarakat) & Berorientasi Life Skill. FMIPA UNIMA : Tondano.
Purwaningsih,A. 2005. Pembelajaran Kimia Berpendekatan SETS untuk
meningkatkan kreatifitas berpikir kritis dan kreatif siswa kelas X SMA
Muhammadiah 1 Semarang tahun pelajaran 2004/2005. Skripsi Diterbitkan.
FMIPA UNNES. Semarang.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi
PAIKEM). Surabaya : Pustaka Pelajar.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana.
2005. Metode Statistika. Tarsito :
Bandung.
Suryabrata,
Sumadi, 2003. Metode Penelitian.
Rajawali Press : Jakarta.
Suyanik. 2005. Pengaruh Pola Penerapan Berpikir Melalui
Pertanyaan (PBMP) dengan Model Pembelajaran TPS dan Strategi ARIAS terhadap
kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kognitif pada siswa kelas X SMA
Laboratorium Malang. Tesis. UM Malang.http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/7525
[Diakses 20 Agustus 2010]
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka : Jakarta.
Zahrah, 2009. Kemampuan Berpikir Kristis dan Kreatif siswa
Kelas VIII Melalui Model Penilaian Portofolio di SMP Negeri 1 Kartasura Tahun
ajaran 2008/2009. Skripsi diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan : Universitas Muhamadiyah Surakarta
Zubaidah,S. 2009. Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan
(PBMP). Jurnal Penelitian.
Jurusan Biologi FMIPA : Malang.
[Diakses 13 Juni 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar