Senin, 23 Januari 2012

YOuth GREENeration Week 2011, Malang, Juni 2011
Ikah

Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)/ Thinking Empowering by Questioning (TEQ)


1.      Pemberdayaan Berpikir Pada Pembelajaran
            Secara umum menurut Corebima (2005), pada pembelajaran MIPA di Indonesia, penalaran tidak pernah dikelola secara langsung, terencana atau secara sengaja, padahal semua guru mungkin dapat diyakini sudah mengetahui pentingnya penalaran terhadap proses pembelajaran dan terutama terhadap pembentukan sumberdaya manusia.  Kesan yang terungkap adalah bahwa perkembangan penalaran akan terjadi dengan sendirinya, lancar sebagaimana yang antara lain dikemukakan oleh Piaget, seolah pada usia 7-11 tahun setiap anak otomatis memiliki tingkat penalaran kongkrit dan sejak usia 11 tahun tiap anak pasti akan memasuki penalaran formal.
            Menurutnya yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasinya selama ini memang membuktikan bahwa penalaran tidak pernah dikelola secara langsung, terencana atau secara sengaja. Berdasarkan penelitian dari angket survey mengenai perkembangan penalaran membuktikan bahwa tersirat dari jawaban angket maupun survey masing-masing bahwa tidak ada satupun yang menyinggung penalaran siswa secara langsung; hanya sebagian kecil yang secara tidak langsung menyinggung kemampuan berpikir siswa. Dan dari evaluasi belajar yang terekam menujnjukkan bahwa hampir semuanya hanya melaksanakan tes kognitif. Serta parameter yang digunakan tampaknya begitu kuat mengacu kepada jawaban benar dan salah; kurang ataupun bahkan tidak memperhatikan kemampuan berbahasa, kemampuan mengungkapkan pikiran atau kemampuan penalaran, dan keadaan ini diperparah jika tes kognitif yang dijalani siswa sebagian besar atau hanya berupa tes obyektif.

2.      Bertanya dan Perpikir pada Pembelajaran
            Corebima (2004) mengungkapan bahwa berbagai teori atau saran-saran berdasarkan hasil suatu penelitian telah banyak dilontarkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Salah satu alternative peningkatan kemampuan berpikir siswa tersebut adalah dengan menggalakkan pertanyaan- pertanyaan yang dapat memacu proses berpikir. Bertanya memang merupakan teknik pembelajaran yang paling tua dan paling umum serta bersifat fundamental terhadap pembelajaran yang bermutu tinggi, dikatakan lebih lanjut bahwa pertanyaan adalah  bunga api yang memicu proses berpikir siswa dan salah satu kegunaan terpenting dari pertanyaan adalah untuk memacu keterampilan berpikir tinggi. Ada beberapa pendapat ahli-ahli lain berikut yang sejalan dengan Frazee dan Rudnitski tersebut.
1.      Piaget (dalam Corebima, 2004) mengatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif
2.      Martin (dalam Corebima, 2004) mengatakan bahwa pertanyaan mempunyai banyak kegunaan diantaranya dapat memotivasi siswa, membantu siswa berpikir runtut, menemukan minat, melatih mengekspresiskan sesuatu, mengembangkan kemampuan berpikir, dan sebagainya.
3.      Pasch (dalam Corebima, 2004) mengemukkan bahwa pertanyaan dapat dipakai untuk memfasilitasi pengelolaan kelas atau memfokuskan perhatian siswa, mengemukakan arah mencek pemahaman dan untuk meningkatkan proses berpikir siswa.
4.      Wassermann (dalam Corebima, 2004) mengatakan bahwa pertanyaan dapat dimanfaatkan untuk merangsang kemampuan siswa dalam mengemukakan opini atau memberikan penilaian tentang nilai-nilai dalam masyarakat.
5.      Alindada (dalam Corebima, 2004) mengemukakan bahwa cara yang paling mudah untuk menantang pola berpikir adalah dengan pertanyaan-pertanyaan. Guru tidak dapat mengajarkan kreatifitas tetapi dapat memacu dan memfasilitasinya dengan meningkatkan dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.
6.      Theo (dalam Corebima, 2004) menjelaskan bahwa pertanyaan merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan dapat dicapai melalui rangsangan berbagai pertanyaan,
Berikut ini diperlihatkan juga gungsi pertanyaan dan tingkat kognitif Bloom yang dapat dicapai.
Tabel 1. Fungsi pertanyaan dan tingkat Kognitif Bloom yang dapat Dicapai (Theo dalam Corebima, 2004)

Fungsi Pertanyaan
Tingkat Kognitif Bloom
1.
Memfokuskan perhatian
Pengetahuan, pemahaman
2.
Mencari kejelasan suatu arti
Pengetahuan, pemahaman, analisis
3.
Meminta opini
Pengetahuan, pemahaman, analisis
4.
Membuat perbandingan atau pertentangan
Penerapan, analisis, sintesis
5.
Meminta alasan dan mengemukakan ide
Pengetahuan, pemahaman, analisis
6.
Mengemukakan ide ke contoh
Analisis
7.
Mengemukakan contoh ke ide
Sintesis
8.
Menjelaskan sebab akibat
Analisis, sintesis
9.
Menelaah kebijakan
Evaluasi
10.
Menimbulkan rasa ingin menemukan sesuatu
Penerapan, analisis, sintesis
11.
Membentuk hipotesis eksperimen
Pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
12.
Mendapat data dan membuktikan informasi
Pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
13.
Memacu investigasi atau penyelitikan
Pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
14
Mendukung suatu teori
Pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis
            
             Oleh karena itu dalam upaya memperbaiki kemampuan berpikir siswa, para guru harus belajar menjadi penanya yang cakap dan terampil. Dinyatakan pula bahwa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai adalah suatu unsur penting bagi seluruh strategi instruksional.
3.      Pentingnya Pola Berpikir dalam Pembelajaran
            Muhfaroyin (2008) mengungkapkan bahwa keterkaitan berpikir dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Penting bagi siswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Selama ini, kemampuan berpikir masih belum merasuk ke jiwa siswa sehingga belum dapat berfungsi maksimal di masyarakat yang serba praktis saat ini. Kurangnya kemampuan siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah dan kelas ke permasalahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan banyak siswa tidak mampu memberikan bukti tak lebih dari pemahaman yang dangkal tentang konsep dan hubungan yang mendasar bagi mata pelajaran yang telah mereka pelajari atau ketidakmampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh ke dalam permasalahan dunia nyata.
4.      Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaaan (PBMP)
            Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) atau TEQ (Thinking Empowerment by Questioning) merupakan pola pembelajaran yang dilaksanakan dengan tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif dan seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang telah dirancang secara tertulis dalam ‘lembar-lembar PBMP’. Pada pembelajaran yang didukung oleh kegiatan praktikum sekalipun, pola pembelajaran itu tetap dipertahankan, meskipun untuk operasionalisasi kegiatan praktikum dibutuhkan pula perintah-perintah teknis. Gramatika bahasa Indonesia yang digunakan harus selalu benar. Pertanyaan tentang hal yang sama, dapat diulang dan dirumuskan dari sudut pandang berbeda-beda. Satu konsep dan subkonsep dikaji sebanyak-banyaknya sesuai tingkat perkembangan (Corebima dalam Zubaidah,2009).

5.      Kualitas Pertanyaan dan Tingkatan Berpikir Siswa
            Tingkat atau kualitas pertanyaan yang sering atau selalu digunakan akan membentuk kebiasaan atau pola pikir siswa, rendah atau tinggi, dsb. Oleh karena itu seharusnya guru secara sadar membiasakan diri menggunakan pertanyaan-pertanyaan berkualitas tinggi selama pembelajaran. Agar lebih mudah bagi kita mengenal kualitas pertanyaan, dibawah ini adalah tingkat berpikir kognitif  dan keterampilan yang terkait.

Tabel 2. Tingkat-tingkat berpikir Kognitif Bloom dan Keterampilan
(Munandar dalam Corebima, 2004)
Tingkat
Keterampilan
Pengetahuan
·         Menghafal
·         Mengingat
Pemahaman
·         Menerjemahkan
·         Menghubungkan
·         Menafsirkan
Penerapan
·         Menerapkan
·         Mempertunjukkan
·         Menggunakan Informasi dalam simulasi baru
Analisis
·         Mengkategorikan
·         Mengklasifikasikan
·         Memotong
·         Membedah
Sintesis
·         Mengembangkan
·         Merancang
·         Mencipta
Evaluasi
·         Mempertimbangkan
·         Memutuskan
·         Menyarankan

6.      Pengembangan PBMP
            Struktur lembaran yang menganut pola PBMP dapat dikembangkan sendiri oleh setiap guru, sepanjang tetap memperhatikan dan mempertahankan karakter utama dari pola PBMP. Berikut adalah urut-urutan pengembangan lembar pola PBMP yang banyak diguakan meliputi 1) Silabus, 2) pengembangan materi, pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran, 3) pengembangan lembar PBMP bagi siswa dalam pembelajaran.
a)      Silabus
        Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Ada beberapa prinsip dalam pengembangan silabus yaitu
1.             Ilmiah, Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2.             Relevan, Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3.             Sistematis, Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4.             Konsisten, Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5.             Memadai,  Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6.             Aktual dan Kontekstual, Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7.             Fleksibel,  Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8.             Menyeluruh, Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Musthofa, 2010).
b. Pengembangan Materi, Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran
        Menurut Zubaidah (2009)  secara umum perencanaan pembelajaran dan pelaksanaannya selalu diupayakan tetap mengacu kepada GBPP. Materi pembelajaran selalu berada dalam ruang lingkup konsep dan suskonsep yang sesuai. Pendekatan strategi dan metode pembelajaran (yang merupakan bagian dari pelaksanaan pembelajaran) juga harus selalu mengacu kepada tujuan pembelajaran yang terdapat dalam GBPP. Materi pembelajaran ditemukan dan dikumpulkan dari buku-buku sumber seperti buku siswa, buku pedoman guru, atau buku lain, sepanjang berada dalam ruang lingkup yang benar. Pendekatan pembelajaran sains yang dirancang untuk digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Pendekatan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa dewasa ini pendekatan itulah yang disarankan. Strategi yang dirancang untuk digunakan adalah PBMP sedangkan metode disesuaikan dengan karakteristik materi, tujuan, serta sumber yang tersedia.
c. Pengembangan Lembar PBMP bagi Siswa dalam Pembelajaran
                        Zubaidah (2009) menjelaskan bahwa setelah tahap 1 dan 2 dilalui, penulisan lembar PBMP siap dilakukan. Struktur umum lembar PBMP tersebut adalah: Sediakan, Lakukan, Ringkasan (Pikirkan), Evaluasi dan Arahan. ”Lakukan” meliputi kegiatan, penulisan hasil pengamatan, dan renungkan.
       Bagian yang paling penting dari struktur adalah “Renungkan” dan “Pikirkan”. Struktur lembar PBMP seperti tersebut dirancang untuk kegiatan pembelajaran yang didukung kerja kelompok dan kerja demonstratif. Pada kegiatan pembelajaran yang tidak didukung kerja kelompok maupun kerja demonstratif, struktur lembar PBMP adalah Pendahuluan, Sediakan, Lakukan, Ringkasan (Pikirkan), Evaluasi dan Arahan. Pada lembar PBMP yang dirancang untuk kegiatan pembelajaran yang didukung kerja kelompok dan kerja demonstratif bagian lembar PBMP yang disebut sebagai “Renungkan“ sebenarnya berisi kaitan antara data pengamatan dan aneka hal lain termasuk yang ada dalam masyarakat. Dalam hubungan ini dapat juga dinyatakan bahawa substansi pada bagian “Renungkan” merupakan perluasan pikiran terhadap data amatan. Lebih lanjut yang disebut “Pikirkan” sebenarnya berisi kesimpulan dari konsep atau subkonsep. Kesimpulan itu didirikan atas dasar data amatan maupun butir-butir pikiran pada bagian “Renungkan”. Pada lembar PBMP yang dirancang untuk kegiatan pembelajaran yang tidak didukung kerja kelompok dan kerja demonstratif, bagian yang disebut “Renungkan” berisi kaitan antara konsep dan subkonsep dengan aneka hal lain dalam masyarakat; termasuk didalamnya merupakan perluasan konsep dan subkonsep. Oleh karena tidak ada kerja kelompok atau kerja demonstratif, maka pada lembar PBMP terkait tidak ada bagian kesimpulan.
   Pada seluruh bagian mulai dari awal hingga akhir lembar PBMP (evaluasi), tidak ada penyampaian informasi berupa kalimat informatif; seluruhnya berupa kalimat tanya dan kalimat perintah. Kalimat perintah antara lain digunakan pada bagian cara kerja ataupun bagian lain jika diperlukan. Berikut ini dikemukakan beberapa karakteristik lembar PBMP lain yang selalu diperhatikan pada pengembangan lembar PBMP bagi siswa dalam pembelajaran.
                        a. Bahasa Indonesia harus selalu dipakai dan digunakan dengan benar.
                 b. Pertanyaan dapat diupayakan agar dimulai dari konsep yang besar                            ke konsep kecil.
                 c. Jalinan antara pertanyaan ditata secara logis
                 d. Pertanyaan tentang hal yang sama dapat diulang dan dirumuskan                                         dari sudut pandang berbeda-beda.
                 e. Pertanyaan lain terkait dikembangkan dan diutamakan yang terkait                                     dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari.
                 f. Pertanyaan di bagian awal tidak perlu harus langsung dijawab.
                                                Atas dasar beberapa karakter pertanyaan yang telah dikemukakan terlihat jelas bahwa pada pembelajaran yang menggunakan pola PBMP, kegiatan berpikir didorong secara maksimal. Melalui upaya ini yang dilakukan secara terus-menerus diyakini bahwa siswa akan terampil berpikir.
Sebagaimana yang telah dikemukakan, kalimat perintah dapat digunakan. Tentu saja penggunaan kalimat perintah itu disesuaikan dengan peruntukkannya. Dalam hal ini kalimat perintah misalnya digunakan pada bagian yang berhubungan dengan prosedur kerja atau pun pada bagian yang merupakan perluasan pikiran (dalam rangka pengembangan konsep dan subkonsep).
                        Satu hal lain yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa pada pembelajaran peranan ilustrasi gambar sangat penting. Dalam hubungan ini, hendaknya selalu diupayakan agar ilustrasi gambar dimanfaatkan ecara efisien. Pada kenyataannya ilustrasi gambar sangat memberdayakan proses berpikir dan membantu pemahaman. Di lain pihak ilustrasi gambar memang dapat menghilangkan kejenuhan.

Daftar Pustaka :

Corebima, A. D. 2004. Pelatihan PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) Pada Pembelajaran Bagi Para Guru Sains Biologi. Dalam Rangka RUKK VA, 9-10 Juli 2004. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang

Corebima, A. D. 2005. Pengukuran Kemampuan Berpikir Pada Pembelajaran Biologi. Makalah pada Seminar Dies ke 41 Universitas Negeri Yogyakarta dengan tema Hasil Penelitian Tentang Evaluasi Hasil Belajar serta Pengelolaannya, Yogyakarta 14-15 Mei 2005

Corebima, A. D. 2007. Berdayakan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Metakognitif Selama Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Biologi. UM : Malang.

Musthofa, 2010. Pengantar Pengembangan Silabus “Buku Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan BSNP, Jakarta 2006 :19”. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
                http://pengertian-dan-definisi-silabus.wordpress.com/2011
                [Diakses 10 Maret 2011]

Muhfahroyin. 2008. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis. Critical Thinking as a Core Skill, the Ability to Think Critically
is a Key Skill for Academic Success
(Wal, 2003; Northedge, 2005).
http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html
                [Diakses 14 Agustus 2011]

Zubaidah,S. 2009. Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP). Jurnal Penelitian. Jurusan Biologi FMIPA : Malang.
                [Diakses 13 Juni 2011]